/> |
Naega Neo 부인 pt. 1
2012년 5월 24일 | 7:40 오후 | 0 star
Young Mi POV.
Seperti
biasa, saat aku bangun dipagi hari, kulihat Se Hun tertidur pulas disampingku. Hihi,
dia imut sekali saat tidur. Lucu sekali melihatnya memakai piyama bercorak
bebek yang sama dengan piyamaku.Se Hun, dia namja yang aneh. Meski dia sedang tidur,
dia tetap menggandeng tanganku.
Melihat Se Hun yang belum bangun, aku langsung
menyentuh hidungnya dengan jari telunjukku. Dalam hitungan detik, dia langsung
terbangun.
“ Ah, chagi. Annyeong.” Serunya dengan mata masih mengantuk.
“ Yaa, Young Mi nampyeon. Kenapa istrimu selalu bangung lebih
dulu, huh?” seruku.
“ Ah, sudahlah. Ini jam berapa?” tanyanya.
“ Jam setengah enam.” Jawabku.
“ Aih, ini masih pagi. Ayo tidur lagi.” Ajaknya sambil
memelukku dan tertidur lagi.
“ Yaa, lepaskan.” Seruku sambil mencoba melepasnya.
“ 5 menit saja.” Serunya dan memelukku lagi.
“ 5 menit.” Seruku.
“ Hem.” Serunya lalu tertidur lagi.
5 menit kemudian.
“ Chagi, ireona.” Seruku pelan, tapi dia tidak bangun.
Kuputuskan untuk membiarkannya tidur dulu. Sepertinya dia
sangat lelah. Aku akan membangunkannya lagi jam 6 nanti.
..............
Jam 6 pagi, didapur.
“ Kenapa kau tidak
membangunkanku?” tanya Se Hun dengan nada orang yang baru bangun.
“ Kau sepertinya lelah sekali, makanya kubiarkan kau tidur. Padahal,
tadi aku baru saja ingin membangunkanmu.” Jawabku sambil tetap memasak omelet
untuk sarapannya.
“ Hm? Jjinja? Tapi aku bangun duluan sebelum kau
membangunkanku.” Serunya sambil memelukku dari belakang.
“ Yaa, apa kau sudah sikat gigi?” seruku sambil menghentikan
kegiatanku.
“ Aniyo.” Serunya sambil terus memelukku.
“ Ah, sikat gigi dulu!” seruku lalu mendorongnya ke kamar
mandi didekat ruang tengah.
“ Arrasseo, Se Hun buin.” Serunya saat membuka pintu kamar
mandi. Aku hanya memanyunkan mulutku karena mendengar omongannya. Saat dia
sudah masuk kekamar mandi, aku langsung kembali kedapur dan melanjutkan memasak
omelet.
“ Seporsi omelet, satu lembar roti gandum, segelas cappuchino.
Selesai. Ah, yeppeunda.” Seruku saat semua hidanganku selesai.
“ Ayo makan bersama.” Serunya saat dia keluar dari kamar
mandi.
“ Haruskah?” godaku.
“ Tentu saja. Kau harus jadi buin yang baik.” Serunya lalu
menyuruhku duduk didepannya.
“ Ayo makan.” Serunya. Akupun mengangguk.
Setelah kira-kira 10 menit kita sarapan, aku langsung menyuruhnya
untuk mandi dan bersiap-siap untuk ke kantor.
“ Ayo mandi bersama.” Serunya saat aku menyuruhnya mandi.
“ Yaa!” seruku. Aku bisa merasakan mukaku menjadi merah.
“ Arra. Aku hanya bercanda.” Serunya sambil tersenyum padaku.
Senyuman itu. Aku tidak
pernah tahan dengan senyumannya.
Setelah dia pergi mandi, aku langsung memasukkan
piring-piring kotor kedalam mesin pencuci otomatis dan langsung menyiapkan
baju, dasi, kaus kaki, dan sepatu untuknya.
Meski kami sudah menikah
sekitar 1 tahun, kami belum dikaruniai anak. Karena Se Hun terlalu sibuk, kita
belum bisa melakukan bulan madu ke Jeju island seperti yang kita inginkan. Semenjak
dia ambil bagian di kantor pemasaran, dia semakin sibuk. Saking sibuknya, dia
kadang lupa makan. Begitu juga denganku. Aku sibuk dengan butik dan toko online
yang kubuat. Belum lagi, aku harus mencari ide untuk desain bajunya. Kita hanya
bisa bertemu saat malam dan weekend.
Meski
begitu, aku tetap bahagia menikah dengannya. Aku tidak pernah menyesal. Meski kita
menikah karena appa kami yang menjodohkannya, bukan karena pilihan kami
sendiri. Makanya, diumur semuda ini, kami sudah menikah. Tahun ini, Se Hun
berumur 25. Sedangkan aku 24.
“ Chagi, kau tidak mengambilkan dasi untukku? Kenapa tidak ada
disini?” tanya Se Hun.
“ Disini.” Seruku sambil memberitahunya kalau dasinya sedang
kubawa. Aku langsung memakaikan dasinya.
“ Gomawo.” Serunya lalu menyium dahiku yang tertutup poni.
“ Ayo, cepat kerja. Ini sudah jam setengah 8.” Seruku sambil
mengambil tas kerjanya.
“ Algesseo, Se Hun buin. Aku berangkat dulu.” Serunya lalu pergi
kerja.
Hari ini masak apa? Ah,
bagaimana kalau steak salmon. Se Hun pasti suka. Aku akan belanja
bahan-bahannya setelah aku pulang kerja.
.....................
Pulang kerja.
Setelah pulang kerja, aku langsung ke toko swalayan dekat
kantorku. Setelah itu, aku langsung pulang dan menyiapkannya.
“ Wortel dan buncis rebusnya sudah siap. Sausnya juga sudah
jadi, tinggal nanti dipanaskan lagi. Ketang goreng dan steaknya akan aku masak
saat dia pulang, agar dia makan makannya saat masih panas.” Seruku.
“ Ini sudah jam 6, dia pasti sebentar lagi pulang.” Seruku saat
melihat jam dinding. Aku menunggunya pulang sambil melihat tv.
................
Jam 21.00
Kenapa dia belum pulang?
Apa dia lembur? Tapi, dia tidak pernah lembur selama ini. Apa dia sudah makan? Bagaimana
kalau maag-nya kambuh? Kenapa dia tidak mengabariku.
Aku terus mondar mandir diruang tengah sambil memikirkannya. Aku
ingin meneleponnya, tapi aku takut kalau itu akan mengganggunya.
Jreek.
Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka.
“ Ah, kau sudah pulang.” Seruku lega saat Se Hun datang.
“ Hem.” Jawabnya lesu sambil melepas sepatunya dan memakai
sandal rumah. Aku langsung mengambil tas kerja yang dia bawa. Dia langsung naik
ke lantai atas dan akupun mengikutinya.
“ Apa kau sudah makan?” tanyaku saat dia ingin kekamar mandi
dilantai atas. Dia hanya menggeleng.
“ Aku masak steak salmon kesukaanmu, ayo makan dulu lalu
tidur.” Ajakku.
“ Ani, aku ingin langsung tidur.” Serunya lalu menutup pintu
kamar mandi.
“ Changkamman, kau minum?” tanyaku panik sambil mencegatnya
menutup pintu kamar mandi.
“ Aku hanya minum 2 gelas.” Jawabnya ketus lalu menutup pintu
kamar mandi kembali.
“ Aku hanya takut maag-mu kambuh.” Seruku lirih. Tiba-tiba
saja, air mataku menetes.
“ Ah, naega wae?” seruku lalu mengelap air mataku.
Setelah itu, aku langsung kedapur. Aku memasukkan wortel dan
buncis rebus kedalam tepak makan, menuangkan saus steak-nya kedalam botol, dan
memasukkan semuanya kedalam kulkas. Begitu juga dengan kentang dan daging
salmonnya.
Setelah aku selesai membereskannya, aku naik kekamar tidur
kami. Se Hun tidur dengan kemeja dan celana kerjanya yang masih dia pakai, dia
juga masih memakai kaus kakinya. Kulihat, jas dan dasinya tergeletak di lantai.
Aku langsung melepas kaus kakinya perlahan dan memungut jasnya lalu
memasukkannya ke keranjang pakaian kotor. Lalu dasinya kulipat dan kumasukkan
ke lemari.
Setelah itu, aku menyelimutinya dengan selimut yang kuambil
dari lemari, karena selimut yang ada dikasur sudah ditidurinya. Aku tidak bisa
mengambilnya.
Karena takut Se Hun bangun saat aku naik ke kasur, kuputuskan
untuk tidur dikamar sebelah.
...................
Jam 24.00
Aaarrhhh, ahhhhh.
Aku langsung terbangun saat mendengar suara rintihan dari
kamar sebelah. Aku langsung bangun dan pergi kekamar sebelah.
S-se Hun?
Aku lihat, Se Hun merintih kesakitan sambil
memegan perutnya.
“ G-gwenchana?” tanyaku sambil memegang dahinya, tapi dia
tidak menjawab.
Aku langsung berlari mengambil obat maag-nya dan segelas air
untuknya. Kubantu dia untuk duduk dan meminum obatnya. Saking sakitnya, dahinya
sampai basah karena keringat dingin.
Aku langsung kedapur dan memasakkannya sup krim jamur instan
dan menyiapkan 2 lembar roti gandum untuknya sebagai pengganti nasi.
Setelah semuanya siap, aku langsung mengantarkannya ke Se Hun.
Awalnya Se Hun tidak ingin makan, tapi aku memaksanya. Akhirnya dia makan.
" Masih sakit?" tanyaku.
“ Sedikit.” Jawabnya pelan. Melihat dahinya masih basah karena
keringat, aku langsung mengambil tisu dan mengelap dahinya. Dia hanya syok
melihat tindakanku.
“ Pasti tadi sakit sekali. Sampai sampai, kau keringat dingin.”
Seruku sambil tersenyum.
To be continued .
라벨: EXO, Fan Fiction, Oh Se Hun, Romance, Sequel |