![]() ![]() ![]() ![]() /> |
[Fan Fiction] Please, Remember Me part 11
2012년 2월 15일 | 4:38 오후 | 0 star
Young Hee POV “ Ijinkan aku menikah dengan yeoja yang kucintai.” Seru Yesung didepan orang tuanya. Akupun langsung syok mendengar ucapannya barusan. Apa yang dia maksud, aku? “ Mwo? Kau ingin menikah dengan yeoja yang pernah mencelakai dirimu?” tanya ibu Yesung dengan nada sedikit membentak. “ Eomma. Sudah kubilang, bukan dia penyebabnya.” Serunya dengan nada sedikit membentak. “ Kalau saja kau tidak bertemu dengannya waktu itu, kau tidak mungkin mengalami kecelakaan itu.” “ Eomma, jebal. Lupakan kejadian itu” Seru Yesung sedikit membentak. ‘ Oppa, kheumanhae. Kau bahkan sempat membentak ibumu hanya untuk diriku. Jebal, kheumanhae.’ Seruku dalam hati. “ Yesung eomma, ijinkanlah dia menikah dengan Young Hee.” Bela ayah Yesung. “ Andwae. Kau tahu kan, hukuman apa yang akan kuberikan kalau kau membantahku?” tanya ibu Yesung padanya. “ Asal ibu mau menyetujui pernikahanku, akan kulakukan.” Jawab Yesung. “ Oppa, apa maksudnya?” tanyaku pelan. “ Jong Jin, ambilkan stik rotan yang ada di gudang.” Pinta ibu Yesung. “ B-baiklah.” “ Yeobo, kau benar-benar ingin melakukannya?” tanya ayah Yesung. “ Ne, geurae. Dia harus tahu akibatnya karena dia berani membantahku.” Jawab ibu Yesung. “ Eomma, lakukan semaumu, lakukan sesukamu, hukum aku sampai kau puas. Tapi kumohon, setelah ini biarkan aku menikah dengannya.” Seru Yesung. “ Oppa, kheumanhae. Jebal kheumanhae.” Seruku lirih. Namun dia menghiraukanku dan tetap berlutut dihadapan orang tuanya. “ Eomma, ini.” Seru Jong Jin ragu sambil menyerahkan stik rotan. “ Jong Jin-ah, bawa Young Hee kekamarku.” Pinta Yesung. “ O-oppa, shireo.” Seruku. Namun, Jong Jin tetap memaksaku agar aku ikut dengannya. Lalu Yesung berdiri dan menekuk celana bagian bawahnya sampai seluruh betisnya terlihat. Aku bisa melihat ibunya sedikit ragu untuk melakukannya. “ Jangan melihatnya, hyung tidak suka kau melihatnya dalam keadaan seperti itu.” Pinta Jong Jin. Saat aku menutup pintu kamar Yesung, aku mendengar bunyi yang sangat keras. Aku tahu, kalau itu bunyi pukulan yang diberikan ibu Yesung dengan stik rotan. Air mataku tidak bisa kubendung lagi, mereka terus menerus berjatuhan. Jong Jin berusaha menenangkanku, tapi itu tidak berpengaruh sama sekali. “ Sebenarnya, itu tradisi keluarga kami.” Seru Jong Jin tiba-tiba. “ Ne?” tanyaku. “ Kalau ada salah satu anggota keluarga yang menentang orang tuanya, mereka harus dipukul dengan stik rotan sampai dia menyesal. Tidak peduli, dia yeoja ataupun namja.” “ Keundae, bagaimana kalau Yesung oppa tetap bersikukuh ingin menikahiku?” tanyaku. “ Mollaseo, kita hanya bisa berharap.” “ Berharap?” tanyaku pada diriku sendiri. Hampir 15 menit aku dan Jong Jin berada dikamar Yesung. Ibunya tidak henti-hentinya memukul Yesung. Sampai akhirnya, dia menyerah dan membanting stik rotan yang dia pegang. “ Aigoo, gie namja. Kenapa aku punya anak yang keras kepala sepertimu. Jong Jin-ah.” Panggil ibu Yesung. “ Ne, eomma.” Jawab Jong Jin sambil membuka pintu kamar Yesung. Aku langsung membeku setelah melihat apa yang terjadi. Yesung tetap berdiri dengan tangan mengepal dan raut wajah yang masih menahan sakit. Ibu Yesung sudah bersandar di sofa dan ayahnya mencoba menenangkan istrinya yang terus mengomel karena mempunyai anak keras kepala seperti Yesung. Jong Jin merangkul tangan kebahunya kanan kakaknya dan membantunya berjalan kekamarnya. Akupun langsung membantu Jong Jin dan merangkulkan tangan kiri Yesung kebahuku. “ Aku akan mengambil kotak obat.” Seru Jong Jin. “ Ne.” Jawabku. Sambil menunggu Jong Jin mengambil kotak obat, aku menyuruh Yesung tidur telungkup dikasurnya. Akupun duduk disebelah kasurnya sambil menunggu Jong Jin mengambil kotak obatnya. “ Y-young H-hee-ah.” Serunya lirih sambil memegang tanganku. “ Oppa, apa sakit sekali?” tanyaku sambil mengelus kepalanya. “ Ne, neomu apha. Hajiman, rasa sakit itu hilang setelah aku melihatmu.” Serunya lirih sambil tersenyum. “ Oppa, ini bukan saatnya berbicara seperti itu.” Seruku dengan nada sedikit membentak. Saat itu juga air mataku kembali berlinang. “ Chagiyaa, uljima.” Seru Yesung sambil menghapus air mataku dengan tangannya. “ Oppa, kau tidur saja. Aku tidak kuat melihatmu seperti ini.” Seruku. “ Young Hee-ah, aku sudah bawakan kotak obatnya.” Seru Jong Jin. “ Jong Jin-ah, kau punya daging sapi yang dingin?” tanyaku sambil berdiri dan menghampirinya. “ Kami punya dikulkas. Untuk apa?” “ Bisa kau bawa kesini. Tapi sebelumnya, kau harus iris dagingnya memanjang.” “ Baiklah.” Sambil menunggu Jong Jin mengambil pesananku, aku mulai membersihkan luka-luka dikaki Yesung. Lukanya banyak sekali, ah tidak, terlalu banyak! Akupun mengambil kapas yang sudah kubasahi dengan sedikit alkohol. Saat aku membersihkan lukanya, aku mendengar suara Yesung menahan sakit karena lukanya terkena alkohol. “ Oppa, kau belum tidur?” tanyaku sambil menghentikan kegiatanku. “ Aku tidak bisa tidur. Gwenchana, kau bisa melanjutkannya.” Jawabnya lirih. Akupun melanjutkan membersihkan luka Yesung, hanya saja aku lebih berhati-hati kali ini. “ Young Hee-ah, aku sudah bawakan daging yang kau minta.” “ Ah, gomawo Jong Jin-ah. Untunglah dagingnya masih dingin.” “ Keundae, sebenarnya ini untuk apa?” tanyanya. “ Daging sapi dingin bisa meredakan nyeri dari luka dikaki Yesung oppa. Tapi, butuh waktu 1 jam agar nyerinya benar-benar hilang, baru kita bisa obati lukanya.” Jawabku sambil menempelkan daging sapi dingin diluka Yesung. “ Darimana kau tahu?” “ Nae halmeoni, yang mengajariku.” Jawabku. “ Ini sudah jam 10 malam, kau tidak pulang?” “ Apa aku boleh pulang setelah aku mengobati lukanya?” tanyaku balik. “ Tentu saja.” ........... Author POV Sudah 1 jam, setelah Young Hee menempelkan daging sapi dingin dilukanya. Young Hee pun mengambil daging sapi itu dan menaruhnya dipiring. Lalu dia mengambil obat dan kasa di kotak obat. Lukanya sudah sedikit membaik, tidak separah tadi. Sebelum dia mengoleskan obat luka, Young Hee mengipasi lukanya terlebih dahulu. Setelah itu, baru dia mengoleskan obat dilukanya dan menempelkan kasa dilukanya. Karena dia takut kasanya akan lepas, Young Hee putuskan untuk menempelkan plester luka agar kasanya tidak lepas. Sekarang jam setengah 12, dia harus segera pulang. Namun, sebelum Young Hee pulang, dia memakaikannya selimut agar dia tidak kedinginan. “ Oppa, aku pulang dulu. Saranghae.” Bisiknya ditelinga Yesung. Saat Young Hee menutup pintu kamar Yesung, ayah Yesung duduk diruang tamu. “ Ahbeojim, kau belum tidur?” tanyanya sambil sedikit membungkuk. “ Kau sendiri, kenapa baru pulang sekarang?” tanyanya balik sambil menyuruh Young Hee untuk duduk. “ Aku sudah selesai mengobati lukanya, jadi kuputuskan untuk pulang sekarang.” Jawab Young Hee. “ Apa lukanya sudah membaik?” “ Ya, lukanya sudah cukup membaik. Nae ttaemune, dia mengalami seperti ini.” “ Apa kau tidak tersanjung karena dia melakukan ini karenamu?” “ Tentu saja aku tersanjung. Hanya saja, aku tidak pernh berpikir kalau dia akan melakukan semua ini hanya untuk menikahiku.” “ Aku juga tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan ini.” “ Ahbeojim, sepertinya aku tidak pantas menikah dengan Yesung.” “ Mengapa kau berpikir seperti itu?” “ Mungkin, omonim benar kalau aku penyebab kecelakaan Yesung waktu itu. Lagipula, dia juga mengalami malam yang buruk hari ini karenaku.” “ Jadi, kau tidak mau menikah dengannya?” “ A-aniyo, bukan begitu. Aku mau sekali menikah dengannya. Hanya saja, kalau omonim tidak menyetujuinya, aku tidak bisa memaksa Yesung menikahiku.” “ Geuraeyeo?” “ Ne. Ah mianhamnida, aku harus pulang sekarang.” Pamit Young Hee pada ayah Yesung. “ Baiklah.” Seru ayah Yesung sambil mengantarnya kedepan pintu. “ Annyeonghi gaseyo.” Pamit Young Hee. “ Ne, hati-hati dijalan.” Namun, salah satu dari mereka tidak ada yang tahu kalau sedari tadi, ibu Yesung mendengar pembicaraan mereka. ..................... Young Hee POV “ Young Hee eonni, ireonaaaa.” Seru Min Young sambil terus menggoncang tubuhku. “ Min Youngie, kheumanhae. Aku masih mau tiduur.” Seruku sambil menyuruhnya pergi. “ Yaa, ini sudah jam 11 siang.” “ Mwo?” seruku sambil memandangnya. “ Kau pikir ini jam berapa memang?” “ Ah eotteokhae? Changkaman, ini kan hari minggu, untuk apa aku kaget karena ini sudah jam 11? Lagipula, Yesung tidak mungkin mengajakku pergi, kakinya kan masih sakit.” Seruku lalu kembali tidur dan menutup seluruh badanku dengan selimut. “ Aigoo, gie yeoja aku menyerah! Oppa, kau bangunkan dia sendiri saja.” Seru Min Young pada seorang namja. “ Oppa?” seruku lalu melihat siapa yang dimaksud Min Young. Namun sebelum aku melihatnya, seorang namja sudah menarik selimut yang kupakai. “ Yaa!” seruku pada orang itu. “ Wae? Kau mau tidur sampai kapan?” seru namja itu. “ Oppa? Bagaimana kau bisa disini?” seruku kaget. “ Aissh, sudah jangan tanya lagi. Cepat mandi, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.” “ Eodiga?” “ Yaa, kubilang jangan tanya lagi.” “ Ah, ne, arraseo.” Seruku kaget. Sekitar 30 menit aku mandi dan berdandan. Akupun langsung keluar untuk menemui Yesung. “ Aigoo, apa aku harus menunggu sampai setengah jam?” seru Yesung setelah melihatku keluar. “ Hihihi, mianhae oppa. Keundae, kita mau kemana?” tanyaku. “ Sudaah, jangan banyak tanya.” Jawabnya sambil berdiri menghampiriku. “ Aigoo, Na Young eonni sedang pergi dengan pacarnya. Sebentar lagi, Young Hee eonni juga pergi dengan pacarnya. Kapan aku pergi dengan kekasihku?” seru Min Young. “ Aku setuju. Kapaan aku punya pacaar?” sahut Soon Hee. “ Yaa yaa. Tidak mungkin ada namja yang mau kalau kerjaan kalian hanya dirumah terus. Oppa, kaja.” Seruku sambil menarik Yesung keluar. ............ “ Oppa, kenapa kau mengajakku ke pantai?” tanyaku. “ Young Hee-ah, mianhae.” Serunya sambil memenggam kedua tanganku. “ Untuk apa?” seruku sedikit bercanda. “ Mianhae.” Ucap Yesung dengan raut muka yang serius. “ O-oppa, omonim tidak menyetujuinya?” tanyaku. Namun, Yesung tidak menjawab dan malah menundukkan kepalanya. “ Oppa, gwenchana.” Seruku sambil menyuruhnya menegakkan kepalanya. “ Young Hee-ah, mianhae.” Serunya sambil menegakkan kepalanya dan menghapus air mata yang ternyata menetes dari mataku. “ Gwenchanayeo, oppa.” Seruku. Tanpa kusadari, air mataku makin deras. “ Young Hee-ah.” Seru Yesung. Lalu, dia melepas genggamannya dan berlutut dihadapanku. Aku sudah menyuruhnya untuk berdiri, tapi dia tidak mau. Aku hanya berdiri didepannya, berusaha menghentikan air mataku yang terus mengalir. Yesung juga hanya diam sambil berlutut dihadapanku. “ Young Hee-ah.” Serunya. Akupun langsung menundukkan kepalaku untuk melihatnya. “ Young Hee-ah.” Ucapnya sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. “ Ne, oppa.” Jawabku. “ Mianhae. Mau tidak mau, kau harus menikah denganku.” Serunya sambil membuka kotak kecil yang berisi sebuah cincin lalu tersenyum. 라벨: Fan Fiction, Romance, Super Junior, Yesung |